Sabtu, 16 Juni 2012

PTK SD Kelas 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada Undang-undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan Nasional befungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
 Mutu dan efektifitas pendidikan merupakan permasalahan yang sangat komplek dan multi dimensional. Jika  berbicara mutu pendidikan artinya kita sedang meneropong keseluruhan dimensi pendidikan yang satu sama lain saling terkait. Persoalan demi persoalan sistem pendidikan muncul ke permukaan secara tidak beraturan. Misalnya kesempatan belajar yang kurang merata dan adil, program pendidikan yang belum sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, pengelolaan yang belum efisien terlalu terpusat, tenaga proposional pendidikan yang belum proposional, biaya yang terbatas dan sebagainya. Persoalan tersebut dianggap seolah-olah sebagai dimensi masalah yang berdiri sendiri-sendiri. Mutu pendidikan itu sendiri perlu ditingkatkan sehingga tidak tertinggal dengan kemajuan zaman.
Siswa kelas I SDN Bojong Salaman 02 Semarang pada pembelajaran mata pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dilihat dari hasil nilai ulangan harian / tes formatif kurang memuaskan, terbukti ada 23 siswa dari 36 siswa atau lebih dari 50% yang mendapat nilai dibawah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Perbaikan sudah dilakukan tetap saja belum mendapat hasil yang memuaskan. Oleh karena itu peneliti mengangkat permasalahan ini untuk dijadikan bahan penelitian tindakan kelas.
Upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan dapat dilakukan oleh guru sebagai peneliti dengan menerapkan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat, motivasi serta keaktifan siswa serta penggunaan alat peraga yang tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dengan menerapkan pendekatan kontekstual dan penggunaan media pembelajaran konkret, siswa diharapkan lebih berperan aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga permasalahan yang dihadapi dalam belajar dapat teratasi dengan tepat. 
Penggunaan media pembelajaran dan penerapan model pembelajaran  yang tepat memungkinkan siswa akan berpikir kongkret bahkan dapat menempatkan bilangan sesuai nilai tempatnya. Sebab media pembelajaran  dan model pembelajaran yang digunakan pada proses belajar mengajar, berfungsi untuk mempermudah dan memperjelas dalam penyampaian materi pelajaran (Kauff H. M, 1994 : 146).

  1. Identifikasi Masalah
Pembelajaran mata pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan, di kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat kota Semarang, diperoleh data dari 36 siswa yang mendapat nilai 75 keatas baru 13 siswa, sedangkan  23 siswa memperoleh nilai  kurang dari 75.
Dari analisis nilai yang diperoleh siswa tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang telah peneliti laksanakan mengalami kegagalan, kemudian peneliti mengadakan refleksi dan kerjasama dengan teman sejawat, serta konsultasi dengan pembimbing untuk mengidentifikasi kekurangan dari proses belajar mengajar yang peneliti laksanakan. Hasil mengidentifikasi masalah tersebut  adalah :
a.       Siswa kurang memiliki motivasi belajar.
b.      Siswa kurang tertarik pada pembelajaran.
c.       Siswa tidak dapat menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.
d.      Guru dalam menjelaskan terlalu cepat.
e.       Guru menggunakan bahasa yang sulit dipahami oleh siswa
f.       Guru tidak menggunakan alat peraga.

  1. Analisis Masalah
Setelah penyebab permasalahan teridentifikasi, kemudian peneliti mengadakan diskusi dengan teman sejawat, dan konsultasi dengan supervisor  didalam menganalisa penyebab ketidakberhasilan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Matematika tentang nilai tempat puluhan dan santuan, untuk menentukan tindakan apa yang akan ditangani.
Dari hasil analisis masalah, ditentukan faktor – faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran yang akan diperbaiki  adalah sebagai berikut :
a.       Guru belum menggunakan alat peraga secara optimal.
b.      Guru belum menggunakan  metode yang tepat.
c.       Kurangnya contoh dan latihan soal.
3.      Alternatif  Pemecahan Masalah
Dari analisa masalah tersebut maka alternatif tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan melaksanakan tahapan-tahapan tindakan dengan menerapkan pendekatan kontekstual yaitu :
a.       Membangun pengetahuan dasar siswa melalui pengalaman yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Bagaimana aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui pendekatan  Kontekstual.
c.       Bagaimana kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan.
d.      Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran tentang nilai tempat puluhan dan satuan di kelas I.
e.       Bagaimana hasil belajar siswa  dalam pembelajaran matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan.
f.       Menciptakan masyarakat belajar. Siswa melakukan diskusi kelompok membahas materi yang sedang dipelajari.
g.      Melakukan penilaian nyata. Penilaian dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang pekembangan belajar yang dilakukan siswa.
B.     Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan  analisis masalah yang diuraikan diatas, perumusan masalah yang menjadi fokus perbaikan proses pembelajaran  adalah  “ Bagaimana meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui penerapan pendekatan kontekstual pada siswa kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun Pelajaran 2011 / 2012 ? “
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas  dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1        Tujuan Umum : Meningkatkan hasil belajar Matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas I SDN Bojong Salaman 02  kecamatan Semarang Barat Kota Semarang.
2        Tujuan Khusus :
a.       Meningkatkan kretifitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui pendekatan kontekstual.
b.      Meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran Matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui pendekatan kontekstual.
c.       Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui pendekatan kontekstual.

D.    Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan memberikan manfaat yaitu sebagai berikut :
1        Manfaat bagi siswa
a.       Meningkatkan kretivitas  siswa dalam proses pembelajaran.
b.      Menumbuhkembangkan minat belajar siswa pada pembelajaran Matematika sehingga menarik bagi siswa.
c.       Melatih siswa untuk mendapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan nilai tempat puluhan dan satuan.
2        Manfaat bagi guru
a.       Dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi pembelajaran yang sudah berlangsung.
b.      Membantu guru untuk menyelesaikan masalah – masalah yang timbul dalam  pembelajaran.
c.       Guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang lebih efektif.
d.      Meningkatkan kualitas dan kreativitas guru dalam mengajar.
3        Manfaat bagi sekolah
a.       Menumbuhkan kerja sama yang positif antar guru untuk meningkatkan kualitas  dan mutu pembelajaran.
b.      Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang tepat untuk sekolah itu sendiri, dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika pada khususnya, serta kemajuan program sekolah pada umunya.































BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori
1.      Pengertian Pemahaman Siswa
Pendapat para ahli tentang pengertian pemahaman dapat kita peroleh data yang akurat melalui Suharsimi yang menyatakan bahwa pemahaman adalah bagaimana seorang siswa dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan Melalui pemahaman, siswa diminta untuk dapat membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep.
Jika kita dikaitkan dengan pembelajaran matematika maka pemahaman terjadi karena evaluasi yang dilakukan guru dalam mempelajari matematika. Agar dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan  maka perlu dilakukan usaha dan upaya tindakan atau kegiatan untuk menilai pemahaman siswanya.

2.      Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang dilakukan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun dalam bidang lainnya. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola kelas dengan baik. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah situasi dan kondisi  di kelas.
Pada pekerjaan guru atau pendidikan penelitian tindakan yang dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini kelas dapat diartikan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga (Suharsimi: 2005).
Pendapat para ahli tentang pemahaman dapat peneliti jadikan acuan Penelitian Tindakan Kelas bahwa sekelompok siswa yang nilainya kurang berarti siswa tersebut belum paham akan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam hal ini adalah peneliti.

3.      Aktivitas Belajar Mengajar
Trinandita (1984) menyatakan bahwa ”hal yang paling mendasar yang dituntut dalam aktivitas belajar mengajar adalah suatu keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang baik antara guru dengan siswa ataupun interaksi siswa dengan siswa itu sendiri yang mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar siswa itu sendiri.
Berdasarkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip diatas, diharapkan kepada guru untuk dapat mengembangkan aktivitas siswa.  Jenis-jenis aktivitas yang dimaksud dapat digolongkan menjadi:
a)      Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam melihat, mengamati, dan memperhatikan.
b)      Oral Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengucapkan, melafalkan, dan berfikir.
c)      Listening Aktivities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran.
d)     Motor Activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat yang dimilikinya.

4.    Hasil evaluasi pembelajaran
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2010: 6) hasil evaluasi belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam hal ini adalah anak didik yang menjadi obyek penelitian.
Hasil belajar perlu diadakan evaluasi agar dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran. Dalam hal ini sasaran dari evaluasi hasil belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya oleh peneliti atau guru. Tujuan pembelajaran tersebut yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Sugandi, 2007: 115). 
Hasil evaluasi pembelajaran adalah perubahan perilaku seseorang setelah mengalami aktivitas belajar yang mendapatkan suatu hasil belajar mencakup afektif, kognitif dan psikomotorik.

5.    Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).
1.      Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2.      Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3.      Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
4.      Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5.      Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual:  menekankan pada pentingnya pemecahan masalah, kegiatan belajar dilakukan dalam  berbagai konteks, kegiatan belajar dipantau dan diarahkan  agar siswa dapat belajar mandiri, mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri, pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda, menggunakan penilaian otentik
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).
Pendekatan pembelajaran menurut Syaiful (2003:68) adalah sebagai aktifitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sebagai penjelas dan juga mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Pendekatan kontekstual dapat membuat variasi dalam pembelajaran dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sering dipakai oleh para guru antara lain: pendekatan konsep dan proses, pendekatan deduktif dan induktif pendekatan ekspositori dan heuristik, pendekatan kecerdasan dan pendekatan konstektual.
Jonhson (2007:67) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran konstekstual  adalah sebuah proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna dalam materi akademik dengan konteks dalam kehidupan seharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut:  membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pekerjaan yang diatur sendiri,  melakukan kerja sama,  berfikir kritis dan kreatif,  membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,  mencapai standar yang lebih  tinggi,  menggunakan penilaian autentik atau penilaian yang mempunyai nilai tolak ukur.
Menurut pendapat Wina (2005:109) menjelaskan, suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yaitu :
a.       Dalam pendekatan kontekstual pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
b.      Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru.
c.       Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk diyakini dan dipahami.
d.      Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan prilaku siswa.
e.       Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Wina (2005:125) menjelaskan beberapa hal penting dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual atau CTL sebagai berikut:
a.       CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
b.      CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal akan tetapi porses pengalaman dalam kehidupan nyata.
c.       Kelas dalam pembelajaran CTL, bukan sebagai tempat memperoleh informasi, akan tetapi sebagi tempat untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan.
d.      Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri bukan hasil pemberian orang lain.

Dari pendapat para ahli disimpulkan bahwa pendekatan Kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa untuk terlibat secara penuh pada pembelajaran sehingga dimungkinkan siswa akan menguasai pembelajaran.












BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.    Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
1.       Subjek
Siswa kelas I Semester II tahun pelajaran 2011 / 2012 di SD Negeri Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 19  siswa laki-laki dan  17 siswa perempuan.
2.      Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang pada siswa kelas I Semester II tahun pelajaran 2011 / 2012. Sekolah tersebut terletak di Jalan Pusponjolo Selatan X Semarang.
3.      Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan pola tindakan kelas. Dilaksanakan dalam 2 tahap dalam rangkaian kegiatan pembelajaran, yaitu :
a.       Perbaikan pembelajaran siklus I tanggal 7 Maret 2012
b.      Perbaikan pembelajaran siklus II tanggal 14 Maret 2012
4.       Mata Pelajaran
Perbaikan pembelajaran ini dilakukan terhadap mata pelajaran matematika dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.
5.      Pihak yang membantu Penelitian
Perbaikan pembelajaran ini dibantu oleh teman sejawat atau pengamat yaitu :
a.       Observer 2 oleh Supriasih,S.Pd    

B.     Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1.      Deskripsi
Pada suatu pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan pola tindakan kelas atau PTK guna meningkatkan efektivitas hasil belajar siswa, dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti dalam hal ini adalah guru mengembangkan rencana penelitian tindakan kelas berupa rencana pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas, terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan pengamatan dan refleksi.

2.      Langkah – langkah Penelitian Tindakan Kelas
a.      Perencanaan
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dalam tahap perencanaan peneliti membuat perencanaan sebagai berikut :
1)      Menelaah materi pembelajaran Matematika kelas I semester II yang akan dilakukan tindakan penelitian.
2)      Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3)      Menyiapkan alat peraga yang digunakan dalam penelitian. Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian.
4)      Menyiapkan alat evaluasi.
b.      Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dengan melaksanakan suatu perencanaan yang telah dibuat sebelumnya yaitu melaksanakan pembelajaran melalui penerapan pendekatan Kontekstual.
Pada pelaksanaan tindakan penelitian ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab, Siklus kedua dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual.
c.       Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan melibatkan rekan kerja / guru kelas lain untuk mengamati aktivitas siswa dan guru ketika pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual.
d.      Refleksi
Pada akhirnya setelah mengkaji hasil belajar Matematika dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta dengan memperhatikan indikator kinerja maka peneliti melakukan perbaikan pada siklus dua agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik.
3.     Siklus Penelitian
Siklus  I
a.      Perencanaan
Peneliti berdiskusi dengan teman sejawat dan bimbingan supervisor, peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika, Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan di kelas I semester II SD Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang, tahun pelajaran 2011 / 2012. Adapun langkah-langkah yang akan kami tempuh sebagai berikut :
1)      Merancang pembelajaran melalui penerapan metode ceramah dan tanya jawab.
2)      Menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran dengan nilai tempat puluhan dan satuan.
3)      Menyiapkan lembar evaluasi latihan soal.
4)      Menyiapkan lembar observasi yang digunakan dalam penelitian.
5)      Merancang tes formatif.
b.      Pelaksanaan Tindakan Penelitian
Pelaksanaan tindakan yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah :
1)      Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai pada awal pembelajaran.
2)      Melaksanakan pre tes  
3)      Mengamati gambar himpunan.
4)      Secara klasikal tanya jawab jumlah bilangan pada gambar himpunan.
5)      Secara klasikal mengerjakan latihan soal.
6)      Secara klasikal membahas hasil latihan soal yang dikerjakan peserta didik.
c.       Pengamatan
Pada kegiatan pengamatan ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, pembimbing, supervisor, dan siswa kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.
1)      Teman sejawat ( observer ) mengamati proses pembelajaran yang difokuskan pada penerapan metode ceramah, tanya jawab dan penggunaan media pembelajaran gambar bangun datar.
2)      Observer mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3)      Dari pengamatan terhadap guru yang mengajar ditemukan sebagai berikut :
a)      Penggunaan metode yang kurang bervariasi.
b)      Penggunaan media pembelajaran atau alat peraga hanya berupa gambar
4)      Dari pengamatan terhadap siswa ditemukan hal – hal sebagai berikut :
a)      Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
b)      Siswa kurang tertarik pada pembelajaran.
c)      pembelajaran didominasi siswa yang pandai saja.
5)      Instrumen yang digunakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah :
a)      Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
b)      Lembar kerja siswa.
c)      Lembar tes formatif.
d)     Daftar Nilai.
e)      Analisis Hasil Ulangan Tes Fomatif.
f)       Lembar Pengamatan
d.      Refleksi
Perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran matematika dengan menentukan nilai tempat puluhan   pada tanggal 7 Maret 2012, maka peneliti dan teman sejawat berdiskusi danan satuan diperoleh refleksi sebagai berikut:
1)      Media pembelajaran hanya berupa gambar dengan volume yang kecil.
2)      Pembelajaran hanya didominasi anak yang pandai saja.
3)      Waktu penyelesaian soal pada evaluasi kurang.
4)      Metode pembelajaran tidak menarik dan kurang bervarias
SIKLUS II
Hasil refleksi perbaikan pembelajaran pada siklus I, diskusi dengan teman sejawat, serta berkonsultasi dengan pembimbing maka peneliti menyusun rencana perbaikan pembelajaran berupa prosedur kerja yang dilaksanakan dalam kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
a.      Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang dipersiapkan peneliti menyusun rencana perbaikan pembelajaran dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan, langkah - langkah yang kami tempuh adalah :
1)      Merancang pembelajaran melalui penerapan pendekatan Kontekstual.
2)      Menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran dengan materi menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.
3)      Menyiapkan lembar kerja siswa.
4)      Menyiapkan lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian.
5)      Merancang tes formatif.
b.      Pelaksanaan Tindakan
1)      Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai pada awal pembelajaran.
2)      Melaksanakan pree tes nama – nama bangun datar.
3)      Kerja kelompok mendiskusikan menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.
4)      Mempresentasikan di depan kelas.
5)      Guru memberikan penghargaan dari hasil kerja pada setiap kelompok
6)      Melaksanakan evaluasi akhir pembelajaran.
c.       Pengamatan
Pada kegiatan ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, pembimbing, supervisor, dan siswa kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.
1)      Teman sejawat ( observer ) mengamati proses pembelajaran yang difokuskan pada penerapan pendekatan kontekstual dan penggunaan media pembelajaran konkret.
2)      Observer mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3)      Dari pengamatan terhadap guru yang mengajar ditemukan sebagai berikut :
a)      Model pembelajaran sudah kontekstual dan bervariasi.
b)      Penggunaan media pembelajaran atau alat peraga sudah optimal.
4)      Dari pengamatan terhadap siswa ditemukan hal – hal sebagai berikut :
a)      Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran.
b)      Model pembelajaran yang digunakan menjadikan siswa aktif.
c)      Alat peraga mendukung kegiatan siswa dan volume yang memadai.
d)     Hasil akhir yang diperoleh sudah baik atau sudah berhasil.
5)      Instrumen yang digunakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah :
a)      Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
b)      Lembar kerja siswa.
c)      Lembar tes formatif.
d)     Daftar Nilai.
e)      Analisis Hasil Ulangan Tes Fomatif.
f)       Lembar Pengamatan.
d.      Refleksi
Perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran matematika dengan materi nilai tempat puluhan dan satuan  pada tanggal 14 Maret 2012, kemudian peneliti dan teman sejawat berdiskusi dan diperoleh refleksi sebagai berikut :
1)      Guru atau peneliti telah melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2)      Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
3)      Metode yang digunakan telah tepat.
4)      Perbaikan pembelajaran siklus II sudah baik, karena hasil belajar yang dicapai siswa dari 36 siswa, yang mendapatkan nilai tuntas ada 36 siswa dan  tingkat keberhasilannya 100 %.
C.    Teknik Analisa Data
1.      Sumber Data
a.      Siswa
Sumber data siswa diperoleh dari data dikumpulkan melalui observasi, yang diperoleh secara sistematik selama pelaksanaan siklus I dan siklus ke II, serta hasil evaluasi siswa dan hasil observer.
Data siswa ini digunakan untuk melihat proses pelaksanaan perbaikan  dan akan digunakan sebagai dasar penilaian pada segi perencanaan kegiatan. Data dikumpulkan melalui tes untuk mengukur kemampuan siswa. Data ini diperlukan untuk menentukan keberhasilan perencanaan pembelajaran.
b.      Guru
Sumber data guru diperoleh dari hasil pengamatan observer dari lembar observasi aktivitas guru.
2.      Data Dokumen
Data dokumen diperoleh dari data awal hasil tes, hasil pengamatan guru maupun observer, catatan lapangan selama proses pembelajaran maupun foto – foto kegiatan belajar mengajar.
a.      Catatan Lapangan
Sumber data catatan lapangan berasal dari catatan selama proses pembelajaran berlangsung.
3.      Jenis Data
a.     Data Kuantitatif
Data Kuantitatif diperoleh dari hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa dalam hal ini adalah hasil evaluasi.
b.    Data Kualitatif
Data yang diperoleh dari lembar pengamatan observer, ketrampilan guru dalam pembelajaran,  aktifitas siswa, wawancara serta catatan lapangan.
4.     Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dengan metode observasi oleh teman sejawat, metode evaluasi  atau tes serta dokumentasi yang berupa dokumen dan foto.
a.     Teknik Analisis Data
Teknik Analisis Data diperoleh dari hasil belajar Matematika dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan, yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif  dengan menentukan rata – rata dan data nilai kuantitatif dengan memperhatikan persentase. Rumus persentase 
Jumlah frekuensi   X 100% = presentas
Jumlah total siswa

5.      Indikator Keberhasilan
Pendekatan Kontekstual, dapat meningkatkan hasil belajar Matematika dengan kompetensi dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan, yaitu sebagai berikut :
a.       Siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
b.      Hasil belajar siswa akan lebih meningkat.
c.       Guru lebih bervariasi dalam menggunakan metode pembelajaran.


















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Deskripsi Hasil Penelitian per Siklus
Deskripsi hasil identifikasi dan perumusan masalah, akan peneliti uraikan secara singkat tentang langkah – langkah perbaikan yang telah direncanakan dalam 2  siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

            Siklus  I
1.      Data tentang perencanaan
Data tentang rencana perbaikan pada siklus I, peneliti melakukan identifikasi masalah dan perumusan masalah untuk acuannya. Peneliti juga menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan. Dalam perencanaan itu sendiri telah disusun lembar  pengamatan bagi pengamat serta merancang tes formatif . Semua data perencanaan ini terlampir pada lampiran.

2.      Data tentang pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I, dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2012. Materi yang diajarkan adalah nilai tempat puluhan dan satuan. Proses pembelajaran dilakukan secara bertahap yaitu akan diawali dengan apersepsi dan diakhiri dengan tes formatif. Tes formatif  akan dianalisa hasilnya untuk menentukan  apakah upaya perbaikan pembelajaran sudah berhasil atau belum yang menjadi tolak ukur keberhasilan perbaikan.
Setelah dilakukan analisis data prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh hasil nilai yang dicapai siswa adalah nilai terendah 50 nilai tertinggi 90, dengan nilai ketuntasan mencapai  64 %. Jika dibandingkan dengan hasil tes formatif sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran siklus I yaitu nilai terendah 50, nilai tertinggi 90 dan nilai ketuntasan 64 %, bahwa hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I mengalami peningkatan 25 % . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus I yang menitikberatkan pada  penggunaan media pembelajaran gambar dan penerapan metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi sudah ada peningkatan dan kemajuan jika dibanding dengan hasil tes formatif sebelum diadakan perbaikan pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbaikan pembelajaran siklus I hasilnya ada peningkatan walaupun belum memuaskan karena masih ada 13 siswa yang belum mencapai ketuntasan atau 36 %  yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Berikut ini akan peneliti sajikan gambaran dalam bentuk tabel dan gambar dari hasil perolehan nilai siswa sebelum perbaikan pembelajaran ( Pra Siklus ) , sebagai berikut :
Hasil Tentamen
Tally
Banyak Siswa
F (x)
40
-
-
-
50
|||||   |
6
300
60
|||||   |||
11
660
70
|||||   |
5
350
80
||||
9
720
90
|||||   |||
5
450
Jumlah
36
36
2480









Tabel 1.
Distribusi Frekwensi Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan Pembelajaran

Dari tabel distribusi frekwensi di atas diperoleh data :
a.       Siswa yang mendapat nilai 50 ada 6 siswa ( 6/36  X  100 %   =  16,66 % ).
b.      Siswa yang mendapat nilai 60 ada 11 siswa ( 11/36  X  100 %   =  30,56 % ).
c.       Siswa yang mendapat nilai 70 ada 5 siswa ( 5/36  X  100 %   =  13,89 % ).
d.      Siswa yang mendapat nilai 80 ada 9 siswa ( 9/36  X  100 %   =  25,00 % ).
e.       Siswa yang mendapat nilai 90 ada 5 siswa ( 5/36  X  100 %   =  13,89 % ).

No
Indikator
Keterangan
1.
Nilai Terendah
50
2.
Nilai Tertinggi
90
3.
Jumlah Nilai
2480
4.
Nilai Rata – rata
68,89
5.
Banyak siswa nilai  > 75
14
6.
Banyak siswa nilai  < 75
22
7.
Prosentase siswa nilai > 75
39 %
8.
Prosentase siswa nilai < 75
61 %

Tabel 2.
Data Nilai Matematika Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Dari tabel 2.
Maka dapat disimpulkan :
a.       Nilai rata – rata adalah  2480 / 33  =  68,89
b.      Prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar                                      14/36  X  100 %  =  39 %
c.       Prosentase siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar  adalah              22/36  X  100 %  =  61 %

Dari data nilai matematika sebelum perbaikan pembelajaran dapat  peneliti sajikan dalam bentuk diagram batang pada gambar 1. sebagai berikut :

PRA SIKLUS

\s
Gambar 1. Grafik Evaluasi sebelum perbaikan ( PRA SIKLUS )
Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika

Berikut ini peneliti sajikan gambaran dalam bentuk tabel dan gambar dari hasil perolehan nilai siswa setelah perbaikan pembelajaran siklus I, sebagai berikut :
Hasil Tentamen
Tally
Banyak Siswa
F (x)
50
||||
4
200
60
|||||
5
300
70
||||
4
280
80
|||||   |||||   |||||  ||
17
1360
90
|||||   |
6
540
Jumlah
36
36
2680
Tabel 3.
Distribusi Frekwensi Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I
`           Dari tabel 3 distribusi frekwensi di atas diperoleh data :
a.       Siswa yang mendapat nilai 50 ada 4 siswa ( 4/36  X  100 %   =  11,11 % ).
b.      Siswa yang mendapat nilai 60 ada 5 siswa ( 5/36  X  100 %   =  13,89 % ).
c.       Siswa yang mendapat nilai 70 ada 4 siswa ( 4/36  X  100 %   =  11,11 % ).
d.      Siswa yang mendapat nilai 80 ada 17 siswa ( 17/36  X  100 %   =  47,22 % ).
e.       Siswa yang mendapat nilai 90 ada 6 siswa ( 6/36  X  100 %   =  16,67 % ).

No
Indikator
Keterangan
1.
Nilai Terendah
40
2.
Nilai Tertinggi
90
3.
Jumlah Nilai
2680
4.
Nilai Rata – rata
74,44
5.
Banyak siswa nilai  > 75
23
6.
Banyak siswa nilai  < 75
13
7.
Prosentase siswa nilai > 75
64 %
8.
Prosentase siswa nilai < 75
36 %

Tabel 4
Data Nilai Matematika Perbaikan Pembelajaran Siklus I



Dari tabel 4.
Maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a.       Nilai rata – rata adalah  2680 / 36  =  74,44
b.      Prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar                                      23/36  X  100 %  =  64 %
c.       Prosentase siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar  adalah              13/36  X  100 %  =  36 %

Pada  data nilai matematika  perbaikan pembelajaran siklus I dapat  peneliti sajikan dalam bentuk diagram batang pada gambar 2. sebagai berikut

SIKLUS I

\s

Gambar 2. Grafik Evaluasi Perbaikan
Pembelajaran Siklus I
Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika
1.      Data pengumpulan data / pengamatan
Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa guru sudah menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, menerapkan metode pembelajaran ceramah, tanya jawab dan demonstrasi untuk menentukan nilai tempat puluhan dan satuan serta telah memberikan latihan yang cukup, namun media yang digunakan hanya berupa gambar dan dengan volume yang kecil. Pada saat pembelajaran masih didominasi siswa yang pandai saja, sehingga beberapa anak yang lemah dalam pelajaran matematika cenderung pasif. Pada saat evaluasi waktu mengerjakan soal masih dirasakan kurang oleh siswa sehingga pada akhirnya hasil tes formatif ada 13 siswa yang pasif mendapatkan nilai belum mencapai ketuntasan.
2.      Data tentang refleksi
Proses perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran matematika dengan materi nilai tempat puluhan dan satuan diperoleh suatu refleksi sebagai berikut :
a.        Media pembelajaran hanya berupa gambar dengan volume kecil.
b.      Guru dalam menyampaikan pembelajaran terlalu cepat.
c.       Waktu penyelesaian soal pada evaluasi kurang.

Deskripsi Siklus I
Berdasarkan data diatas dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa perbaikan pembelajaran siklus I belum berhasilsecara memuaskan, hal ini dapat diketahui dari hasil tes formatif  siklus I, dari 36 siswa, ada 13 siswa yang mencapai ketuntasan atau masih 64 %  yang tuntas belum mencapai lebih dari 75 %. Ketidakberhasilan siklus I disebabkan oleh :
a.       Media pembelajaran hanya berupa gambar dengan volume terlalu kecil.
b.      Guru dalam penyampaian pembelajaran terlalu cepat.
c.       Pembelajaran hanya didominasi siswa yang pandai saja.
d.      Waktu penyelesaian soal pada evaluasi kurang.

Siklus II
1.      Data tentang perencanaan
Pada rencana perbaikan pada siklus II, peneliti melakukan identifikasi masalah dan perumusan masalah untuk acuannya. Peneliti juga menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan. Dalam perencanaan telah disusun lembar  pengamatan bagi pengamat serta merancang tes formatif Semua data perencanaan ini terlampir pada lampiran.


2.      Data tentang pelaksanaan
Suatu perbaikan pembelajaran siklus II, dilaksanakan pada 14 Maret 2012. Materi yang diajarkan adalah nilai tempat puluhan dan satuan. Proses pembelajaran dilakukan secara bertahap yang diawali dengan apersepsi dan diakhiri dengan tes formatif. Tes formatif  akan dianalisa hasilnya  untuk menentukan  apakah upaya perbaikan pembelajaran sudah berhasil atau belum.
Analisis data prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh hasil nilai yang dicapai siswa adalah nilai terendah 80 nilai tertinggi 100, dengan nilai ketuntasan mencapai  100 %. Jika dibandingkan dengan hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I yaitu nilai terendah 60, nilai tertinggi 90, bahwa hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan 36 % . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus II yang menitikberatkan pada penerapan pendekatan kontekstual, penggunaan media pembelajaran konkret dengan volume yang memadai, pengelolaan waktu secara detil, sudah ada peningkatan dan kemajuan jika dibanding dengan hasil tes formatif  perbaikan pembelajaran siklus I. Perbaikan pembelajaran siklus II hasilnya ada peningkatan tidak ada siswa  yang tidak tuntas, dan dinilai sudah cukup sukses dan berhasil dalam pembelajaran.

Berikut ini peneliti sajikan gambaran dalam bentuk tabel dan gambar dari hasil perolehan nilai siswa sebelum perbaikan pembelajaran , sebagai berikut:
Hasil Tentamen
Tally
Banyak Siswa
F (x)
80
|||||  |||||  ||||
16
1280
90
|||||   |||||  ||||
14
1260
100
|||||  |
6
600
Jumlah
36
36
3140
Tabel 5.
Distribusi Frekwensi Hasil Evaluasi  Perbaikan Pembelajaran Siklus  II
Dari tabel distribusi frekwensi di atas diperoleh data :
a.       Siswa yang mendapat nilai 80 ada 16 siswa ( 16/36  X   100 %   =  44,44 % ).
b.      Siswa yang mendapat nilai 90 ada 14 siswa ( 14/36  X   100 %   =  38,89 % ).
c.       Siswa yang mendapat nilai 100 ada 6 siswa ( 6/36  X   100 %   =  16,67 % ).

No
Indikator
Keterangan
1.
Nilai Terendah
80
2.
Nilai Tertinggi
100
3.
Jumlah Nilai
3140
4.
Nilai Rata – rata
87,22
5.
Banyak siswa nilai  > 75
36
6.
Banyak siswa nilai  < 75
-
7.
Prosentase siswa nilai > 75
100 %
8.
Prosentase siswa nilai < 75
0  %
Tabel 6.
Data Nilai Matematika Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Dari tabel 6.
Maka dapat disimpulkan :
a.       Nilai rata – rata adalah  3140 / 36  =  87,22
b.      Prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar                                      36/36  X  100 %  =  100 %
c.       Prosentase siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar  adalah              0/36  X  100 %  =  0 %

Dari data nilai matematika  perbaikan pembelajaran siklus II dapat  peneliti sajikan dalam bentuk diagram batang pada gambar 3. sebagai berikut :        
\s
Gambar 3. Grafik Hasil Evaluasi   Perbaikan Pembelajaran siklus II
3.      Data pengumpulan data / pengamatan
Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa guru sudah menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, tidak terlalu cepat sehingga siswa mengerti, menerapkan pendekatan kontekstual menggunakan media pembelajaran konkret dengan volume yang cukup serta telah memberikan latihan dan evaluasi yang cukup dengan memperhatikan alokasi waktu yang cukup. Siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan dirasakan sebagai suatu keberhasilan pembelajaran, sehingga pada akhirnya hasil tes formatif hanya ada 2 siswa yang  mendapatkan nilai belum mencapai ketuntasan.
4.      Data tentang refleksi
Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran matematika dengan materi nilai tempat puluhan dan satuan, diperoleh refleksi sebagai berikut :
a.       Guru dalam menyampaikan pembelajaran sudah baik.
b.      Volume media pembelajaran sudah memadai.
c.       Waktu penyelesaian soal pada evaluasi sudah cukup.
d.      Model pembelajaran yang digunakan sudah kontekstual dan menyenangkan.
Deskripsi Siklus II
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa perbaikan pembelajaran siklus II sudah berhasil, hal ini dapat diketahui dari hasil tes formatif  siklus II, dari 36 siswa, ada 36 siswa yang mencapai ketuntasan atau 100 % sudah mencapai lebih dari 75 %. Keberhasilan perbaikan pembelajaran siklus II disebabkan oleh :
a.       Guru dalam penyampaian pembelajaran sudah baik.
b.      Volume media pembelajaran sudah memadai.
c.       Waktu penyelesaian soal pada evaluasi sudah cukup.
d.      Model pembelajaran yang digunakan sudah kooperatif dan menyenangkan.

A.    Pembahasan Hasil Penelitian
Keberhasilan pada proses belajar mengajar tidaklah mudah, sebab kenyataan di lapangan banyak faktor yang menjadi penyebab ketidakberhasilan proses pembelajaran. Dari berbagai kajian teori, faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar adalah kemampuan guru, terutama kemampuan merancang pembelajaran, memilih metode, dan penggunaan media pembelajaran.

Siklus I
Program perbaikan pembelajaran sebelum dilaksanakan, siswa kurang memahami materi  nilai tempat puluhan dan satuan.  Hal ini disebabkan  karena peneliti tidak menggunakan media pembelajaran, kurang tepat dalam menentukan metode.
Hasil diskusi dengan teman sejawat serta konsultasi dengan supervisor peneliti perlu mengadakan perbaikan siklus I. Pada siklus I, peneliti merancang pembelajaran yang memfokuskan penerapan metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi, dan penggunaan media pembelajaran gambar.
Pada siklus I ini dari 36 siswa, ada 21 siswa yang mendapat nilai tuntas lebih dari 75 atau ada 13 siswa yang belum mencapai ketuntasan, walaupun sudah diadakan perbaikan pembelajaran, hasilnya masih kurang memuaskan, kegagalan itu disebabkan :
1.       Media pembelajaran hanya berupa gambar dengan volume terlalu kecil.
2.      Cara Penyampaian pembelajaran terlalu cepat.
3.      Waktu penyelesaian soal pada evaluasi kurang.
4.      Model pembelajaran kurang kooperatif dan menyenangkan siswa.

Hal inilah yang menyebabkan peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II 

Siklus II
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat serta konsultasi dengan pembimbing, peneliti perlu mengadakan perbaikan pembelajaran siklus II. Pada siklus II ini peneliti merancang pembelajaran dengan menitik beratkan pada penerapan pendekatan kontekstual, media pembelajaran konkret dengan volume yang sesuai dan pemberian waktu penyelesaian soal yang cukup.
Setelah diadakan suatu perbaikan pembelajaran siklus II, siswa yang memperoleh nilai ketuntasan 36 siswa dari 36 siswa atau 100 %, sedangkan siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran tidak ada. Dengan demikian pada perbaikan pembelajaran siklus II ini dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran sudah berhasil dan cukup sampai pada siklus II.
Keberhasilan nampak adanya peningkatan pada masing – masing kegiatan dari sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran, siklus I sampai siklus II peneliti sajikan dalam tabel  7 di bawah ini :
           
No
Ketuntasan
Sebelum
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1.
Tuntas
22
39 %
23
64 %
36
100 %
2.
Belum Tuntas
14
61 %
13
36 %
0
0 %








Tabel 7. Peningkatan ketuntasan hasil belajar Matematika
Peningkatan hasil pembelajaran dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini :

\s

Gambar 4.
Grafik  Prosentase Ketuntasan Pembelajaran Sebelum Perbaikan Pembelajaran, Perbaikan Pembelajaran Siklus I, Perbaikan Pembelajaran Siklus II

 
Keterangan gambar
                            =  Belum Tuntas
                             =  Tuntas    
   
Pada awal pembelajaran sebelum diadakan perbaikan pembelajaran hasil ketuntasan siswa ada 14 siswa atau 39 %, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I, mengalami peningkatan menjadi 23 siswa atau 64 % , pada akhir perbaikan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan menjadi 36 siswa atau  100 %.
            Setelah perbaikan pembelajaran siklus II, peniliti menghentikan kegiatan perbaikan karena dirasakan hasil sudah memuaskan dan pembelajaran sudah berhasil.
BAB V
SIMPULAN  DAN TINDAK LANJUT

A.  Simpulan

Didasari dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama dua siklus, dapat disimpulkan bahwa :
  1. Pada pembelajaran penerapan pendekatan kontekstual dapat merangsang siswa untuk menemukan nilai tempat puluhan dan satuan suatu bilangan, kegiatan ini ternyata dapat dijadikan penanaman konsep yang baik dan tersimpan lama pada memori siswa.
  2. Penggunaan suatu media konkret pada proses pembelajaran dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, perasaan, dan kenyamanan siswa untuk lebih tertarik dan tertantang dalam belajar lebih aktif.
  3. Peneliti telah melakukan perbaikan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai tujuan dan harapan yang ingin dicapai.

B.  Tindak Lanjut
  1. Tindak lanjut dari hasil laporan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini sangat berarti dan bermanfaat bagi peneliti  pada Sekolah Dasar Negeri Bojong Salaman 02, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.
  2. Peneliti dapat menyampaikan laporan ini kepada Kelompok Kerja Guru ( KKG ), sebagai bahan masukan atau diskusi.










DAFTAR  PUSTAKA


Wardani I. G. A. K, Siti Julaeha, Ngadi Marsinah, (2007), Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka
Ali, Mohammad, (1984), Penelitian Kependidikan dan Strategi. Bandung : Angkasa
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Malang : Gramedia Widiasarana
Suparno, Mohamad Yunus, (2006), Ketrampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka
Mulyani Sumantri, Nana Syaodih, (2006), Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka
Nar Heryanto, H. M. Akib Hamid, (2006), Statistika Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka
Wardani, I. G. A. K. Wihardit, K, dan Nasution, N. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka
Sudjana, Nana. 2006. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo
Trianto, S.Pd, M.Pd. 2007. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik . Jakarta : Prestasi Pustaka

Anitah, Sri. W dkk. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Rinek Cipta.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta.









12 komentar:

  1. bu ptk nya menarik tp judulnya kemana?

    BalasHapus
  2. Mantab PTKnya, lanjutkan !!! :)

    BalasHapus
  3. Izin download Bu Boleh?
    Makasih Bu.

    BalasHapus
  4. Izin download Bu Boleh?
    Makasih Bu.

    BalasHapus
  5. maksih, sangat membantu saya. untuk referensi tugas kuliah

    BalasHapus
  6. Makasih bagi2ilmunya untuk referensi

    BalasHapus
  7. trima kasih, telah berbagi, izin download, ya/

    BalasHapus
  8. No merit casino | DICE CASINO
    No merit 메리트카지노 casino · Experience the thrill of life at หารายได้เสริม the best casino in Florida. · Get your free slots or real money bonuses when 카지노 you play. · Experience the excitement of

    BalasHapus